Selasa, 24 Juli 2012

E-tourism


E-TOURISM
Deskripsi tentang layanan E-Tourism
E-tourism merupakan suatu konsep pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam bidang pariwisata, memberikan berbagai jasa layanan pariwisata kepada customers dalam bentuk telematika, dan menjadikan penyelenggaraan pemasaran pariwisata lebih mudah diakses.

E-tourism adalah sebuah perusahaan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan memberikan jasa layanan pariwisata kepada custumer secara on-line dan menjadikan penyelenggaraan pemasaran pariwisata lebih mudah di akses.
 E-tourism memiliki prinsip yang diselaraskan dengan pemanfaatannya yaitu dalam peningkatan pembangunan pariwisata. Ada tiga unsur yang menjadi prasyarat dari e-tourism yaitu ICT (Information and Communication Technologies), Tourismdan Business, tetapi untuk menuju optimasi visit Sumbar, keterlibatan pemerintah (goverment) menjadi salah satu bagian yang penting dalam program.
Konsep E-Tourism pada dasarnya merupakan konsep yang masih baru dan belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata, khususnya di Indonesia. E-Tourism masih di lihat sebagai sesuatu hal yang masih perlu dikaji lebih jauh mengenai keberadaan. Meskipun dilain pihak dalam pengembangan pariwisata penekanan terhadap pemanfaatan Internet sudah tinggi, namun hal ini tidak di barengi dengan aplikasi internet tersebut sebagai alat pengembangan pariwisata. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengembangan E-Tourism sangat terkait erat dengan penggunaan internet sebagai media utama yang dipakai.
Pada hakekatnya internet memiliki peran yang tidak terpisah dalam perkembangan teknologi, teutama pariwisata. Internet telah menjadi salah satu solusi yang ditawarkan untuk mempermudah kinerja pengembangan pariwisata di Indonesia.  Lewat internet banyak hal bisa di akses secara mudah, serta digunakan oleh sebagian besar masyarakat didunia.  Hal ini memungkinkan penyebaran informasi mengenai pengembangan pariwisata bisa diakses kapan, dimana, serta oleh siapa saja.
Khusus di Indonesia, sejak di kembangkan pada tahun 1994, internet mengalami perkembangan yang sangat pesat. Boerhanoeddin (2005),  menyatakan bahwa tidak ada data yang pasti menyangkut jumlah pengguna internet di Indonesia, namun berdasarkan perkiraan, pada akhir tahun 1999 pemanfaatan internet telah mencapai 180.000 subscribers (Langganan/Pelanggan). Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pemanfaatan internet, maka Indonesia penduduki peringkat kedua terbesar setelah Cina di Asia. Pada saat ini, terdapat 46 ISP (Internet Service Provider) yang ada di Indonesia. Dari 46 ISP tersebut, yang beroperasi hanya sekitar 35 ISP.  Namun pemanfaatan ISP tersebut masih berorentasi pada Industri skala menengah dan Besar, sedangkan pada sektor-sektor lainnya seperti pariwisata belum di manfaatkan secara optimal.
Pemanfaatan internet di Indonesia pada umumnya masih berada di kota-kota besar. Hal ini disebabkan karena internet masih dipandang sebagai produk yang hanya dipergunakan oleh kalangan tertentu. Dilain pihak, bagi kalangan kecil, dalam pemanfaatan internet lebih memilih “Warung Internet”.  Pada warung internet, seorang pengguna dapat mengakses internet tanpa harus menjadi pelanggan ISP.  User hanya membayar biaya per jam, dan tidak perlu membayar biaya telepon atau biaya internet,lebih daripada itu, user bebas dari masalah-masalah teknis seperti modem, kesulitan connect, dan lain sebagainya.
Saat ini pelanggan internet di Indonesia diperkirakan berjumlah 200.000.  Berdasarkan hal tersebut kita dapat perkirakan jumlah pengguna jasa internet di Indonesia mencapai 500.000 sampai 1.000.000 user.  Hal ini bisa dipertanggungjawabkan  karena satu  PC biasanya dipakai oleh 3 sampai 5 orang,  oleh karena itu jumlah pengguna internet lebih besar dari jumlah pelanggan.
            Berdasarkan paparan diatas, nampaklah bahwa internet memiliki perkembangan yang sangat pesat. Namun yang menjadi persoalan adalah bagaimana pemanfaatan internet yang tidak hanya terbatas pada sektor-sektor bisnis dan industri, namun merambah lebih jauh pada sektor-sektor lain, terutama pariwisata.
Dalam laporan ekonomi informasi (UNTAD, 2005), dinyatakan bahwa “in 2001, the E-commerce and development report (ECDR) analised e-commerce and tourism with a view to exploring how thE-Tourism industry was tarting to benefit from information technologies and the internet, as the effect on developing countries’ competitiveness in tourism market”. Paparan diatas memperlihatkan bahwa pariwisata dan bisnis berusaha meningkatkan manfaat teknologi informasi dan internet dengan melihat dampaknya terhadap negara berkembang melalui persaingan pasar pariwisata. Hal ini memberi penegasan bahwa industri pariwisata dinegara berkembang sangat merasakan manfaat dengan kehadiran teknologi informasi dan internet. Pemanfaatan internet dalam pasar pariwisata dipakai sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan strategis pariwisata, dan merupakan dasar perubahan/inovasi pariwisata yang lebih efektif. Hal ini terlihat dari pengembangan infrastruktur, human capacity, dan integrasi konsep elekronik bisnis tingkat rendah oleh penyedia pariwisata lokal, pemerintah, dengan menambah aturan utama dalam menumbuhkan paritisipasi dan pemasukan perusahaan pariwisata dalam pasar pariwisata global
Santosa (2004), secara tegas menyatakan bahwa Internet tidak semata-mata hanya merupakan temuan teknologi belaka, tetapi juga merupakan guru untuk mendidik manusia menemukan berbagai informasi (termasuk informasi pariwisata) yang diinginkannya, sehingga membuat hidup jauh lebih mudah ( to make life much easier) . Wisatawan kini tidak sabar menunggu informasi yang biasanya diberikan melalui biro jasa perjalanan ataupun organisasi lainnya. Mereka lebih senang mencari sendiri apa yang ada di benaknya sehingga mampu meyakinkan bahwa produk yang dipilihnya adalah yang terbaik. Lebih jauh Santosa (2004) menyatakan bahwa Pada saat perjalanan wisata dibeli pada umumnya hanyalah membeli informasi yang berada di komputer melalui reservation systemnya, yang dibeli oleh wisatawan hanyalah “hak” untuk suatu produk, jasa penerbangan ataupun hotel.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka kebutuhan untuk melakukan perjalanan wisata akan sangat mudah, tanpa harus melalui birokrasi yang rumit dan sukar. Oleh karena itu, mengutip pernyataan Santosa (2004), yang menyatakan bahwa “if you are not online, then you are not on-sale. If your destination is not on the Web then it may well be ignored by the millions of people who now have access to the internet and who expect that every destination will have a comprehensive presence on the Web. The Web is the new destination marketing battleground and if you are not in there fighting then you cannot expect to win the battle for tourist dollars”. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa peranan internet melalui E-Tourism sangat penting dan perlu untuk diperhatikan dalam pengembangan pariwisata.
Hendriksson (2005), menyatakan bahwa ada empat karateristik utama bila  kita ingin mengembangkan E-Tourism yaitu : 1) produk pariwisata; 2) dampak berantai yang ditimbulkan oleh industri pariwisata; 3) struktur industri pariwisata; 4) adalah ketersediaan perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Lebih jauh Eriksson menyatakan, dalam mempersiapkan karateristik E-Tourism, maka perlu dilakukan pembangunan untuk mencapai penyempurnaan pasar elekronik, seperti : 1) warisan sistem yang telah ada; 2) keberagaman informasi; 3) tidak ada standar global dalam penukaran data; 4) operasi tanpa batas.
Dalam Issues Brief (UNTAD, 2005), dinyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak pada promosi, pemasaran, dan penjualan pariwisata. Dampak ini muncul akibat pemanfaatan E-Tourism dalam melakukan tranformasi radikal dalam industri pariwisata, yang disebabkan karena pada saat ini masyarakat mencari tujuan pariwisata di internet.  Khusus untuk negara berkembang, tidak banyak kasus yang mengambil manfaat dari kesempatan pariwisata baru. Berdasarkan studi kasus di Afrika, pembaharuan dan pemasaran pariwisata dilakukan dalam konteks internasional, dengan mengacu pada pelayanan providers negara maju. Hal ini dapat meningkatkan transaksi penjualan dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar (85%). Demikian pula dengan Carabia (80%), atau Asia yang ditunjukkan oleh Thailand (70%) dan India (40%).
Berdasarkan pemahaman diatas, dengan adanya akses tanpa batas dan biaya rendah maka fokus perhatian dicurahkan pada persaingan dalam pasar global, dan pembukaan jaringan perdagangan. Oleh karena itu, UNTAD (2005), menyarankan untuk melibatkan usaha kecil menengah pariwisata dalam jaringan teknologi informasi dan komunikasi global sebagai langkah terobosan dalam kebijakan nasional. Hal ini disebakan karena E-Tourism dipandang dapat membantu negara-negara berkembang dalam mengoptimalkan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan selama ini sebagai peluang dalam pembangunan pariwisata.  
Ada tiga tingkatan utama dalam penyusunan sistem e-Tourism yaitu : 1) Bagian-bagian koleksi data, yang merupakan dasar dalam dalam melakukan standarisasi dan konsolidasi. Pada bagian ini terdapat elemen-elemen seperti hotel, tempat rekreasi, serta event-event penting yang bisa diakses oleh konsumen. Oleh karena itu, pengumpulan data serta penerapan standarisasi dan konsulidasi menjadi tujuan utama dalam tingkatan pertama; 2) manajemen dan follow-up dalam hal ini mencakup perancangan sistem yang akan disusun berdasarkan bagian-bagian standarisasi dan konsolidasi pada tingkatan pertama; 3) mencakup aplikasi ataupun penerapan sistem yang terjadi dalam rangka pemasaran. tingkatan ketiga pada dasarnya merupakan tingkatan penyampaian dan penyebaran informasi kepada wisatawan.
Dalam sistem kepariwisataan yang berbasiskan E-Tourism, penekanannya adalah pada online booking, namun disesuaikan berdasarkan perkembangan pariwisata di Indonesia, dimana konsumen pariwisata kembali diperhadapkan dengan hal klasik seperti ketersediaan waktu dan harga/keuangan. Kemudian sistem ini juga dihadapkan dengan masalah yang sama yakni akomodasi, transportasi, serta fasilitas dari aktivitas yang akan disiapkan. Namun yang berbeda dan menjadi ciri khas dari sistem ini adalah, adanya satu konsep objek wisata yang lebih terfokus untuk masalah kebudayaan, serta kawasan wisata yang ada.
Adapun alasan dasar mengapa hal-hal tersebut diangkat dan menjadi salah satu prioritas adalah karena lewat hal ini budaya Indonesia secara khusus diperkenalkan kepada konsumen dalam hal ini turis, disisi lain budaya yang ada akan terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat, karena lewat budaya ini bukan saja identitas yang akan tetap dipertahankan namun juga lewat budaya, masyarakat setempat pun mendapatkan penghasilan. Begitu juga kawasan wisata yang selama ini memiliki potensi yang besar namun belum diperhatikan bisa dapat dimaksimalkan oleh pemerintah daerah.
Lewat sistem online booking, sangat mempermudah konsumen merencanakan serta melakukan perhitungan yang tepat untuk mendapatkan paket liburannya. Hal ini disebabkan karena konsumen dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui kepastian biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan. Disamping itu, wisatawan juga dapat memperoleh kepastian akan aktivitas yang akan dilakukan pada saat melakukan perjalanan.
Disisi lain, dengan adanya informasi yang komperhensif mengenai jarak ke lokasi wisata dan juga jaraka perjalanannya, maka akan mempermudah wisatawan dalam mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata tersebut. Oleh karena itu, jarak, tidak lagi menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam penyampaian informasi untuk efisiensi dan efektifitas wisatawan.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka kehadiran E-Tourism dalam meningkatkan pendapatan pariwisata sangatlah penting. Pengoptimalan potensi pariwisata tidak hanya berada dalam aras pembenahan lokasi maupun objek wisata, namun harus diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan promosi serta pemesanan langsung oleh wisatawan.
Kepariwisataan Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar dan merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan, dengan syarat pengembangan potensi ini didukung oleh pola perencanaan dan pengembangan yang menyeluruh dengan melibatkan pemanfaatan teknologi internet. Namun perkembangan kepariwisataan ini harus didukung oleh pola pengelolaan internet dalam rangka menyediakan informasi yang menyeluruh bagi wisatawan, yang nantinya dapat dipakai sebagai alat pengambilan keputusan untuk melakukan perjalanan wisata. Mengacu pada pemahaman tersebut, maka E-Tourism perlu diletakan sebagai alat didalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia terutama dalam penyediaan informasi dan pemesanan paket pariwisata oleh wisatawan. Belajar dari pengalaman Malaysia, persoalan utama yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan adalah ketidak tersediaan informasi yang menyeluruh tentang potensi pariwisata secara terintegrasi. Hal ini menyebabkan pariwisata Indonesia cenderung tertinggal di banding negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Oleh karena itu, didalam kepariwisataan, pengembangan e-Tourism berbasis online booking perlu menjadi perhatian Indonesia. 
Melalui E-Tourism paling tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan dalam bidang kepariwisataan bagi pariwisata Indonesia, dan juga mendorong promosi serta penyediaan informasi secara lengkap bagi wisatawan. Disisi lain, E-Tourism juga dapat mengurangi travel agen luar, sehingga semua pendapatan dari pengeluaran wisatan menjadi hak pariwisata Indonesia. Berdasarkan ketersediaan berbagai aspek seperti akamodasi, objek wisata, fasilitas untuk mendukung aktivitas wisatawan, , dan adanya informasi yang lengkap tentang jarak perjalanan dan didukung oleh kecocokan harga dan waktu, maka akan sangat membantu wisatawan untuk mengambil keputusan didalam melakukan perjalanan ke Indonesia. e-tourism dipandang sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam bidang pariwisata, memberikan berbagai jasa layanan pariwisata kepada customers dalam bentuk telematika, dan menjadikan penyelenggaraan pemasaran pariwisata lebih mudah diakses.

TUJUAN E-Tourism
·         Memberikan pelayanan kepada customer dalam bidang pariwisata secara online.
·   Memberikan informasi kepada customer tentang tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
·         Memperkenalkan budaya Indonesia secara online.
·         Memberikan kemudahan kepada customer untuk memperoleh jasa layanan pariwisata sesuai dengan kondisi keuangan customer tersebut secara online.
·         Memberikan keamanan dan kenyamanan kepada customer dalam menggunakan layanan kami.
·         Membuka lapangan kerja.
 VISI E-tourism
·         Menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisata utama bagi wisatawan asing maupun lokal.
·         Menjadikan Indonesia sebagai pusat kebudayaan.
·         Mendukung program Indonesia dalam meningkatkan devisa Negara dalam bidang pariwisata.
·         Menjadikan Indonesia sebagai pintu gerbang utama bagi wisatawan asing.


Gambar alur E-tourism
Alur kegiatan E-tourism
[alurkegiatan.JPG]
Gambar system distribusi pariwisata
Sistem Distribusi Pariwisata


beberapa sistem akses dengan menggunakan jalur internet untuk tiket pesawat, penginapan, rental mobil, dan berbagai jasa pelayanan lainnya. Gambar tersebut merupakan jalan keluar dalam jalur distribusi ketergantungan tingkat rendah dari sistem pelayanan konsumen tradisional dan sistem distribusi global. Dimana terdapat penghasil pariwisata (penginapan, pesawat, restauran, tempat rekreasi dan trasportasi lainnya), perantara tradisional seperti agen travel, operator tour, DMOs, dan asosiasi tour, serta daerah potensi pariwisata. Web memiliki peranan sebagai jembatan penghubung antara produsen pariwisata dan daerah potensi pariwisata. Karena secara langsung produsen pariwisata dapat mengetahui kondisi serta alternatif-alternatif yang bisa dijadikan bahan acuannya  untuk memilih daerah wisata tujuan sebagai layanan kepada produsen pariwisata.  Layanan ini dipermudah melalui Global Distribution System dan Consumer Distribution System.
Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner, (2005) memperlihatkan desain pengembangan pariwisata berbasiskan E-Tourism yang menekankan pada sistem pemesanan online. Desain ini pada dasarnya memberikan gambaran yang cukup tentang bagaimana sistem sistem pengembangan pariwisata berbasiskan E-Tourism seharusnya berjalan, diharapkan sistem ini bisa dijadikan tulang punggung pengembangan pariwisata pariwisata pada masa yang akan datang.
Implementasi E-tourism
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka pariwisata dipandang sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan daerah. Apalagi pengoptimalan potensi ini di dasari bahwa pariwisata merupakan sektor yang lebih menekankan pada penyediaan jasa dengan mengoptimalkan potensi kawasan wisata. Berdasarkan data statistic, tercatat bahwa sektor pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Tahun 2002 target perolehan devisa sebesar US $ 5,8 M untuk 5,8 juta wisman, dan tahun 2003 US $ 6,3 M 6,9 juta wisman, sedangkan target 2004 US 7,5 M (Widibyo, 2000). Dengan potensi wisata yang dimiliki masih memungkinkan peluang peningkatan penerimaan negara dari sektor pariwisata.
Sebagai salah satu bagian yang menopang pendapatan negara, pariwisata Indonesia diberikan perhatian lebih untuk dioptimalkan dan dikembangkan. Setiap daerah berlomba lomba dan berupaya menggali potensi pariwsiata yang dimiliki guna menambah pendapatan asli daerah mereka. Pariwisata dipandang sebagai potensi yang besar untuk dikembangkan. Disisi lain, potensi pariwisata ini juga dapat menimbulkan dampak multiplier, yang mana dengan adanya peningkatkan kunjungan wisatawan maka akan membuka lapangan pekerjaan di daerah tersebut.
Dilain pihak, terkhusus untuk pengembangan pariwisata di ASEAN, Indoensia memiliki propspek pengembangan pariwisata yang sangat potensial, hal ini dapat terlihat dengan fasilitas pengembangan pariwisata yang cukup rendah dan minim, pariwisata Indonesia masih menempatkan diri sebagai negara yang dapat mengandalkan potensi pariwisata yang dimiliki.
Posisi ini jelas memberikan pemahaman kepada kita bahwa pariwisata Indonesia memiliki prospek yang sangat besar jikalau di kembangkan dengan baik. Melalui pembenahan sarana prasarana dan perkuatan partisipasi masyarakat, maka tidak mungkin sektor pariwisata di Indonesia menjadi salah satu sektor yang dapat di andalkan sama seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.
Ada berbagai alternatif dalam mengembangkan potensi pariwisata seperti : pembenahan dan renovasi kawasan wisata, menciptakan daerah tujuan wisata, melakukan promosi melalui media maupun brosur-brosur, serta masih banyak lagi alternatif yang dapat dilakukan guna menunjang pengembangan wisata.
Salah satu alternatif yang dikembangkan dan dipandang efektif adalah dengan melakukan promosi melalui Internet. Saat ini telah[15] berkembang promosi, pemasaran, dan penjualan produk pariwisata (atau dapat disebut sebagai E-Commerce di industri pariwisata) memanfaatkan teknologi informasi. Pariwisata berbasis teknologi informasi dikenal dengan sebutan E-Tourism (IT-enabled tourism). E-tourism dipandang sebagai salah satu cara yang sangat efektif didalam memperkenalkan pariwisata suatu daerah atau negara. Hal ini disebabkan karena teknologi informasi saat ini sudah dianggap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Dalam laporan ekonomi informasi (Untat, 2005), dinyatakan bahwa “in 2001, the E-commerce and development report (ECDR) analised e-commerce and tourism with a view to exploring how the tourism industry was starting to benefit from information technologies and the internet, as the effect on developing countries’ competitiveness in tourism market”. Paparan diatas memperlihatkan bahwa pariwisata dan bisnis berusaha meningkatkan manfaat teknologi informasi dan internet dengan melihat dampaknya terhadap negara berkembang melalui persaingan pasar pariwisata. Lebih jauh ECDR mencacat satu perubahan mendasar yang dibawa oleh e tourism telah mengangkat nilai pariwisata melalui peningkatan penerimaan dalam dunia pariwisata.
Lebih dari pada itu dalam perencanaan sistem manajemen tujuan organisasi, UNCTAD (2005), menyatakan bahwa di negara berkembang internet telah digunakan sebagai tawaran dalam pasar pariwisata. Dalam hal ini, pemanfaatan internet dalam pasar pariwisata dipakai sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan strategis pariwisata, dan merupakan dasar perubahan/inovasi pariwisata yang lebih efektif. Hal ini terlihat dari pengembangan infrastruktur, human capacity, dan integrasi konsep e-businiss tingkat rendah oleh provider pariwisata lokal, pemerintah, dan DMOs, dengan menambah aturan utama dalam menumbuhkan paritisipasi dan pemasukan perusahaan pariwisata dalam pasar pariwisata global.
Hendriksson, menyatakan bahwa ada empat karateristik utama jikalau kita ingin mengembangkan E – Tourism yaitu : 1) Produk Pariwisata; 2) dampak berantai yang ditimbulkan oleh industri pariwisata; 3) struktur industri pariwisata; dan yang ke 4 adalah ketersediaan infrastuktur teknologi comunikasi dan informasi. Lebih jauh Eriksson menyatakan, dalam mempersiapkan karateristik E Tourism, maka perlu dilakukan pembangunan untuk mencapai penyempurnaan market place elecronic seperti : 1) warisan sistem yang telah ada; 2) keberagaman informasi; 3) tidak ada standar global dalam penukaran data; 4) seamless interoperability.
Aplikasi internet dalam pariwisata pada dasarnya tercermin dalam suatu sistem distribusi pariwisata yang lebih mengarah pada tranformasi pengembangan industri pariwisata dari perantara tradisional ke arah perantara internet. Beberapa sistem akses pariwisata menggunakan jalur internet untuk tiket pesawat, penginapan, rental mobil, dan berbagai jasa pelayanan lainnya. Web memiliki peranan penting sebagai jembatan penghubung antara produsen pariwisata dan daerah potensi pariwisata, dalam memberikan pelayanan kepada produser pariwisata.
E-tourism yang dikembangkan di Indonesia pada saat ini belum menyentuh pada aspek yang paling utama yaitu memberikan informasi dan kepastian bagi wisatawan ketika mereka memilih untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Jikalau di bandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Singapura, dapat di katakan Indonesia sangat tertinggal untuk pengembangan e-tourism.
Dampak ekonomi E-tourism
Pengembangan sektor pariwisata secara lebih luas juga akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, sektor ekonomi riil yang ada di masyarakat seperti kerajinan, aneka makanan, penginapan, hotel dan sebagainya dapat berkembang, dengan bangkitnya sektor ekonomi riil akan mampu meningkatkan derajat hidup masyarakat baik sandang, pangan, papan, pendidikan maupun kesehatan.
Besarnya dukungan pemerintah terhadap pengembangan industri pariwisata dapat mempercepat akselerasi kemajuan dunia pariwisata di Indonesia. Melalui kerjasama antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan Departemen Komunikasi dan Informasi, promosi potensi wisata Indonesia dapat disebarkan kepada masyarakat luas baik secara nasional maupun internasional, oleh karena itu kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai sarana promosi pariwisata Indonesia ke seluruh dunia.
Pada saat ini media yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata jauh lebih banyak dari periode sebelumnya. Kemajuan teknologi informasi merupakan salah satu faktor pendorongnya. Teknologi ini sudah banyak diadopsi oleh kalangan pemerintahan, pendidikan, bisnis dan lainnya sebagai sarana promosi, desiminasi informasi dan transaksi, oleh karena itu kemudian muncul istilah e-government, e-learning, e-business, e-commerce dan sebagainya.
Bahwa dunia pariwisata yang menjadi salah satu bidang garapan pemerintah sudah saatnya memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai implementasi dalam e-government untuk mempublikasikan dan memasarkan potensi wisata daerah. Dengan memanfaatkan Teknologi Informasi berarti adanya suatu Sistem Informasi Manajemen yang berbasis pada pengolahan data elektronik. Namun demikian sebenarnya masih banyak hambatan atau kendala yang dihadapi dalam penerapan Teknologi Informasi ini diantaranya yaitu masih terbatasnya Sumber Daya Manusia yang handal dibidang ini yang mampu mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi dibidang pariwisata, fungsi Teknologi Informasi untuk proses pengolahan data dan transaksi yang komplek serta penyediaan informasi bagi publik masih sangat terbatas, terkadang masih dijumpai keengganan sebagian birokrat untuk membuka akses kepada publik padahal memang data dan informasi tersebut ditujukan untuk konsumsi publik.
Seiring meningkatnya petumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan untuk berliburpun semakin meningkat sehingga diperlukan suatu informasi tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi, produk wisata dan sebagainya, namun demikian seringkali wisatawan atau calon wisatawan baik lokal maupun mancanegara mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi tersebut karena tidak mengetahui dimana dan dari siapa informasi bisa didapatkan. Oleh karena itu informasi dibidang pariwisata perlu disiapkan dengan baik dan terstruktur agar publik dapat mengakses dengan mudah.
Pada saat ini pemanfaatan Teknologi Informasi atau TI untuk pengembangan pariwisata di Indonesia masih lemah, Sampai saat ini belum ada website khusus yang menyediakan informasi yang lengkap mengenai sistem pariwisata di Indonesia, misalnya meliputi informasi lokasi, harga, hotel dan restoran terdekat. Selain itu, Indonesia juga belum memiliki sebuah perangkat lunak yang dapat membantu merencanakan perjalanan pariwisata berdasarkan kondisi tertentu, misalnya budget yang dimiliki oleh wisatawan dan kriteria objek wisata yang dikehendaki wisatawan. Dengan adanya beberapa fenomena seperti ini, tentu saja akan menimbulkan dampak bagi pertumbuhan pariwisata di Indonesia yang seharusnya sangat berpotensi untuk berkembang pesat. Disamping itu, terutama bagi wisatawan awam yang sangat membutuhkan informasi dan pelayanan seperti itu, juga akan merasa kesulitan, padahal Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka ragam budaya dan objek pariwisata lainnya, namun tidak sedikit wisatawan yang belum mengetahui keberadaannya, maka tidak mengherankan apabila kita masih tertinggal bahkan dengan beberapa negara tetangga yang sudah mengalami kemajuan dibidang pariwisata. Sebagai perbandingan, Singapura dalam memasarkan obyek pariwisatanya sudah memanfaatkan teknologi informasi secara baik, pemerintah Singapura melalui Infocomm Development Authority (IDA) telah menjalin kerjasama dengan Singapore Tourism Board (STB) yang diberi nama Digital Concierge. Melalui Concierge, para wisatawan akan dilayani dengan layanan personal yang handy dan berbasiskan lokasi, mereka jugaakan memperoleh berbagai informasi seperti obyek wisata yang menarik di sekitar lokasi tempat wisatawan tersebut berada, informasi tersebut dapat diakses melalui berbagai piranti bergerak seperti ponsel.
Meskipun Indonesia sudah memiliki portal website yang cukup memadai, akan tetapi dari segi kontent atau isinya masih sederhana, permasalahan e-tourism di Indonesia adalah belum optimalnya pemasaran paket wisata karena informasi yang diberikan melalui website pariwisata belum memadai dan tidak bersifat interaktif dengan wisatawan yang membutuhkan informasi lengkap, juga belum terintegrasinya website-website pariwisata dengan dengan sistem informasi komponen lain dalam industri pariwisata seperti industri penerbangan, pelayaran, asuransi, agen travel, hotel, dan pengelola obyek wisata sendiri. Hal ini terlihat dari daerah Tujuan Wisata (DTW) yang diinformasikan hanya Jakarta dan Bali, dan belum menyentuh kekayaan pariwisata Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki anekaragam budaya. Pengembangan kepariwisataan Indonesia masih belum terpadu dan memiliki akses terbatas pada lingkup Nasional. Disamping itu, pengembangan kepariwisataan Indonesia tidak memiliki hubungan dengan kepariwisataan dengan Negara Tetangga (Malaysia, Thailand, dan Singapura). Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata Indonesia belum Optimal dalam mengembangkan e-Tourism.
Dengan memperhatikan kondisi kepariwisatan Indonesia, serta sinkronisasi sistem kepariwisataan terpadu, maka hendaknya kepariwisataan Indonesia melakukan transformasi pengembangan kepariwisataan dengan berbasiskan E-Tourism. Oleh karena itu, pengembangan E-Tourism sebaiknya lebih mendasarkan pada kondisi kepariwisataan Indonesia.
Perusahaan yang mengadopsi E-Tourism

Cempaka Travel Makassar adalah salah satu layanan pariwisata yang berada di Makassar. layanan yang tersedia pada Cempaka Travel adalah layanan pemesanan tiket on-line 24 jam, paket tour in-out bound, penyewaan mobil, layanan antar-jemput, voucher nginap, asuransi travel dan layanan guide tour. Apabila para customer menginginkan informasi yang lebih lengkap, dapat membuka email di : cempaka_travelmks@yahoo.com. Atau dapat mengunjungi website berikut : www.eljohn.net.
Ramantha Tours and Travel adalah salah satu layanan pariwisata yang berada di Jakarta. Mereka menyediakan pelayanan terbaik yaitu pelayanan pemesanan tiket on-line 24 jam (darat, laut, maupun udara) . Selain itu layanan yang tersedia adalah layanan paket tour, tempat penginapan, guide tour, layanan antar-jemput dan asuransi travel. Untuk info yang lebih lengkap dapat mengunjungi website berikut: www.ramantha.com.
Dengan memperhatikan layanan - layanan yang ada diantara kedua penyedia layanan e-tourism maka dapat disimpulkan bahwa :
Layanan yang diterapkan Ramantha Tour and Travel umumnya sama dengan Cempaka Travel Makassar. Mereka menyediakan layanan pariwisata yang cukup komplite.
a. Ramantha torus and travel dan Cempaka travel memiliki prospek pemasaran dan target yang cukup luas, dimana target operasinya adalah keseluruh wilayah Indonesia dan luar negeri.
b. Ramantha tours & travel dan cempaka travel memiliki website yang dinamis dan user interface menarik.
c. Ramantha tours dan travel memiliki paket-paket yang memungkinkan untuk pelanggan untuk memilih layanan sesuai dengan kemampuan dan anggaran.
d. Cempaka travel Makassar memiliki akses pelanggan secara langsung sehingga pelanggan dapat berkonsultasi dengan penyedia layanan dibandingkan dengan ramantha tours dan travel yang tidak memiliki layanan konsultasi.
e. Ramantha tours dan travel memiliki layanan asuransi, sehingga pelanggan merasa aman dan nyaman untuk bepergian.
f. Ramantha tours dan travel menyediakan jasa penjemputan dari bandara hingga sampai ke tempat tujuan.




Selasa, 03 Juli 2012