E-TOURISM
Deskripsi tentang layanan E-Tourism
E-tourism merupakan
suatu konsep pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
daya guna dalam bidang pariwisata, memberikan berbagai jasa layanan pariwisata
kepada customers dalam bentuk telematika, dan menjadikan penyelenggaraan
pemasaran pariwisata lebih mudah diakses.
E-tourism
adalah sebuah perusahaan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan
memberikan jasa layanan pariwisata kepada custumer secara on-line dan
menjadikan penyelenggaraan pemasaran pariwisata lebih mudah di akses.
E-tourism memiliki prinsip yang diselaraskan
dengan pemanfaatannya yaitu dalam peningkatan pembangunan pariwisata. Ada tiga
unsur yang menjadi prasyarat dari e-tourism yaitu ICT (Information
and Communication Technologies), Tourismdan Business, tetapi untuk menuju
optimasi visit Sumbar, keterlibatan pemerintah (goverment) menjadi
salah satu bagian yang penting dalam program.
Konsep
E-Tourism pada dasarnya merupakan konsep yang masih baru dan belum mendapatkan
perhatian dari berbagai pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata, khususnya
di Indonesia. E-Tourism masih di lihat sebagai sesuatu hal yang masih perlu dikaji
lebih jauh mengenai keberadaan. Meskipun dilain pihak dalam pengembangan
pariwisata penekanan terhadap pemanfaatan Internet sudah tinggi, namun hal ini
tidak di barengi dengan aplikasi internet tersebut sebagai alat pengembangan
pariwisata. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengembangan E-Tourism sangat
terkait erat dengan penggunaan internet sebagai media utama yang dipakai.
Pada
hakekatnya internet memiliki peran yang tidak terpisah dalam perkembangan
teknologi, teutama pariwisata. Internet telah menjadi salah satu solusi yang
ditawarkan untuk mempermudah kinerja pengembangan pariwisata di Indonesia. Lewat internet banyak hal bisa di akses
secara mudah, serta digunakan oleh sebagian besar masyarakat didunia. Hal ini memungkinkan penyebaran informasi
mengenai pengembangan pariwisata bisa diakses kapan, dimana, serta oleh siapa
saja.
Khusus
di Indonesia, sejak di kembangkan pada tahun 1994, internet mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Boerhanoeddin (2005), menyatakan bahwa tidak ada data yang pasti
menyangkut jumlah pengguna internet di Indonesia, namun berdasarkan perkiraan, pada
akhir tahun 1999 pemanfaatan internet telah mencapai 180.000 subscribers (Langganan/Pelanggan).
Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pemanfaatan internet, maka Indonesia
penduduki peringkat kedua terbesar setelah Cina di Asia. Pada saat ini, terdapat
46 ISP (Internet Service Provider) yang ada di Indonesia. Dari 46 ISP tersebut,
yang beroperasi hanya sekitar 35 ISP. Namun
pemanfaatan ISP tersebut masih berorentasi pada Industri skala menengah dan
Besar, sedangkan pada sektor-sektor lainnya seperti pariwisata belum di
manfaatkan secara optimal.
Pemanfaatan
internet di Indonesia pada umumnya masih berada di kota-kota besar. Hal ini
disebabkan karena internet masih dipandang sebagai produk yang hanya
dipergunakan oleh kalangan tertentu. Dilain pihak, bagi kalangan kecil, dalam
pemanfaatan internet lebih memilih “Warung Internet”. Pada warung internet, seorang pengguna dapat
mengakses internet tanpa harus menjadi pelanggan ISP. User hanya membayar biaya per jam, dan tidak
perlu membayar biaya telepon atau biaya internet,lebih daripada itu, user bebas
dari masalah-masalah teknis seperti modem, kesulitan connect, dan lain
sebagainya.
Saat
ini pelanggan internet di Indonesia diperkirakan berjumlah 200.000. Berdasarkan hal tersebut kita dapat perkirakan
jumlah pengguna jasa internet di Indonesia mencapai 500.000 sampai 1.000.000
user. Hal ini bisa dipertanggungjawabkan
karena satu PC biasanya dipakai oleh 3 sampai 5
orang, oleh karena itu jumlah pengguna internet
lebih besar dari jumlah pelanggan.
Berdasarkan
paparan diatas, nampaklah bahwa internet memiliki perkembangan yang sangat
pesat. Namun yang menjadi persoalan adalah bagaimana pemanfaatan internet yang
tidak hanya terbatas pada sektor-sektor bisnis dan industri, namun merambah lebih
jauh pada sektor-sektor lain, terutama pariwisata.
Dalam
laporan ekonomi informasi (UNTAD, 2005), dinyatakan bahwa “in 2001, the
E-commerce and development report (ECDR) analised e-commerce and tourism with a
view to exploring how thE-Tourism industry was tarting to benefit
from information technologies and the internet, as the effect on developing
countries’ competitiveness in tourism market”. Paparan diatas memperlihatkan
bahwa pariwisata dan bisnis berusaha meningkatkan manfaat teknologi informasi
dan internet dengan melihat dampaknya terhadap negara berkembang melalui
persaingan pasar pariwisata. Hal ini memberi penegasan bahwa industri
pariwisata dinegara berkembang sangat merasakan manfaat dengan kehadiran
teknologi informasi dan internet. Pemanfaatan internet dalam pasar pariwisata
dipakai sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan strategis pariwisata, dan
merupakan dasar perubahan/inovasi pariwisata yang lebih efektif. Hal ini
terlihat dari pengembangan infrastruktur, human capacity, dan integrasi konsep
elekronik bisnis tingkat rendah oleh penyedia pariwisata lokal, pemerintah,
dengan menambah aturan utama dalam menumbuhkan paritisipasi dan pemasukan
perusahaan pariwisata dalam pasar pariwisata global
Santosa
(2004), secara tegas menyatakan bahwa Internet tidak semata-mata hanya
merupakan temuan teknologi belaka, tetapi juga merupakan guru untuk mendidik
manusia menemukan berbagai informasi (termasuk informasi pariwisata) yang
diinginkannya, sehingga membuat hidup jauh lebih mudah ( to make life much
easier) . Wisatawan kini tidak sabar menunggu informasi yang biasanya diberikan
melalui biro jasa perjalanan ataupun organisasi lainnya. Mereka lebih senang
mencari sendiri apa yang ada di benaknya sehingga mampu meyakinkan bahwa produk
yang dipilihnya adalah yang terbaik. Lebih jauh Santosa (2004) menyatakan bahwa
Pada saat perjalanan wisata dibeli pada umumnya hanyalah membeli informasi yang
berada di komputer melalui reservation systemnya, yang dibeli oleh wisatawan
hanyalah “hak” untuk suatu produk, jasa penerbangan ataupun hotel.
Berdasarkan
pemahaman diatas, maka kebutuhan untuk melakukan perjalanan wisata akan sangat
mudah, tanpa harus melalui birokrasi yang rumit dan sukar. Oleh karena itu,
mengutip pernyataan Santosa (2004), yang menyatakan bahwa “if you are not
online, then you are not on-sale. If your destination is not on the Web then it
may well be ignored by the millions of people who now have access to the
internet and who expect that every destination will have a comprehensive
presence on the Web. The Web is the new destination marketing battleground and
if you are not in there fighting then you cannot expect to win the battle for
tourist dollars”. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa peranan internet
melalui E-Tourism sangat penting dan perlu untuk diperhatikan dalam
pengembangan pariwisata.
Hendriksson
(2005), menyatakan bahwa ada empat karateristik utama bila kita ingin mengembangkan E-Tourism yaitu : 1) produk
pariwisata; 2) dampak berantai yang ditimbulkan oleh industri pariwisata; 3)
struktur industri pariwisata; 4) adalah ketersediaan perangkat teknologi komunikasi
dan informasi. Lebih jauh Eriksson menyatakan, dalam mempersiapkan karateristik
E-Tourism, maka perlu dilakukan pembangunan untuk mencapai penyempurnaan pasar
elekronik, seperti : 1) warisan sistem yang telah ada; 2) keberagaman
informasi; 3) tidak ada standar global dalam penukaran data; 4) operasi tanpa
batas.
Dalam
Issues Brief (UNTAD, 2005), dinyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi
telah memberikan dampak pada promosi, pemasaran, dan penjualan pariwisata.
Dampak ini muncul akibat pemanfaatan E-Tourism dalam melakukan tranformasi radikal
dalam industri pariwisata, yang disebabkan karena pada saat ini masyarakat
mencari tujuan pariwisata di internet. Khusus
untuk negara berkembang, tidak banyak kasus yang mengambil manfaat dari
kesempatan pariwisata baru. Berdasarkan studi kasus di Afrika, pembaharuan dan
pemasaran pariwisata dilakukan dalam konteks internasional, dengan mengacu pada
pelayanan providers negara maju. Hal ini dapat meningkatkan transaksi penjualan
dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar (85%). Demikian pula dengan Carabia
(80%), atau Asia yang ditunjukkan oleh Thailand (70%) dan India (40%).
Berdasarkan
pemahaman diatas, dengan adanya akses tanpa batas dan biaya rendah maka fokus
perhatian dicurahkan pada persaingan dalam pasar global, dan pembukaan jaringan
perdagangan. Oleh karena itu, UNTAD (2005), menyarankan untuk melibatkan usaha
kecil menengah pariwisata dalam jaringan teknologi informasi dan komunikasi
global sebagai langkah terobosan dalam kebijakan nasional. Hal ini disebakan
karena E-Tourism dipandang dapat membantu negara-negara berkembang dalam
mengoptimalkan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan selama ini sebagai
peluang dalam pembangunan pariwisata.
Ada
tiga tingkatan utama dalam penyusunan sistem e-Tourism yaitu : 1) Bagian-bagian
koleksi data, yang merupakan dasar dalam dalam melakukan standarisasi dan
konsolidasi. Pada bagian ini terdapat elemen-elemen seperti hotel, tempat
rekreasi, serta event-event penting yang bisa diakses oleh konsumen. Oleh
karena itu, pengumpulan data serta penerapan standarisasi dan konsulidasi
menjadi tujuan utama dalam tingkatan pertama; 2) manajemen dan follow-up dalam
hal ini mencakup perancangan sistem yang akan disusun berdasarkan bagian-bagian
standarisasi dan konsolidasi pada tingkatan pertama; 3) mencakup aplikasi
ataupun penerapan sistem yang terjadi dalam rangka pemasaran. tingkatan ketiga
pada dasarnya merupakan tingkatan penyampaian dan penyebaran informasi kepada
wisatawan.
Dalam
sistem kepariwisataan yang berbasiskan E-Tourism, penekanannya adalah pada
online booking, namun disesuaikan berdasarkan perkembangan pariwisata di
Indonesia, dimana konsumen pariwisata kembali diperhadapkan dengan hal klasik
seperti ketersediaan waktu dan harga/keuangan. Kemudian sistem ini juga
dihadapkan dengan masalah yang sama yakni akomodasi, transportasi, serta
fasilitas dari aktivitas yang akan disiapkan. Namun yang berbeda dan menjadi
ciri khas dari sistem ini adalah, adanya satu konsep objek wisata yang lebih
terfokus untuk masalah kebudayaan, serta kawasan wisata yang ada.
Adapun
alasan dasar mengapa hal-hal tersebut diangkat dan menjadi salah satu prioritas
adalah karena lewat hal ini budaya Indonesia secara khusus diperkenalkan kepada
konsumen dalam hal ini turis, disisi lain budaya yang ada akan terus dijaga dan
dilestarikan oleh masyarakat, karena lewat budaya ini bukan saja identitas yang
akan tetap dipertahankan namun juga lewat budaya, masyarakat setempat pun
mendapatkan penghasilan. Begitu juga kawasan wisata yang selama ini memiliki
potensi yang besar namun belum diperhatikan bisa dapat dimaksimalkan oleh
pemerintah daerah.
Lewat
sistem online booking, sangat mempermudah konsumen merencanakan serta melakukan
perhitungan yang tepat untuk mendapatkan paket liburannya. Hal ini disebabkan
karena konsumen dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui kepastian biaya yang
dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan. Disamping itu, wisatawan juga dapat
memperoleh kepastian akan aktivitas yang akan dilakukan pada saat melakukan
perjalanan.
Disisi lain, dengan adanya informasi yang komperhensif mengenai jarak ke lokasi wisata dan juga jaraka perjalanannya, maka akan mempermudah wisatawan dalam mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata tersebut. Oleh karena itu, jarak, tidak lagi menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam penyampaian informasi untuk efisiensi dan efektifitas wisatawan.
Disisi lain, dengan adanya informasi yang komperhensif mengenai jarak ke lokasi wisata dan juga jaraka perjalanannya, maka akan mempermudah wisatawan dalam mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata tersebut. Oleh karena itu, jarak, tidak lagi menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam penyampaian informasi untuk efisiensi dan efektifitas wisatawan.
Berdasarkan
pemahaman diatas, maka kehadiran E-Tourism dalam meningkatkan pendapatan
pariwisata sangatlah penting. Pengoptimalan potensi pariwisata tidak hanya
berada dalam aras pembenahan lokasi maupun objek wisata, namun harus diikuti
dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan promosi serta pemesanan
langsung oleh wisatawan.
Kepariwisataan Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar dan merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan, dengan syarat pengembangan potensi ini didukung oleh pola perencanaan dan pengembangan yang menyeluruh dengan melibatkan pemanfaatan teknologi internet. Namun perkembangan kepariwisataan ini harus didukung oleh pola pengelolaan internet dalam rangka menyediakan informasi yang menyeluruh bagi wisatawan, yang nantinya dapat dipakai sebagai alat pengambilan keputusan untuk melakukan perjalanan wisata. Mengacu pada pemahaman tersebut, maka E-Tourism perlu diletakan sebagai alat didalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia terutama dalam penyediaan informasi dan pemesanan paket pariwisata oleh wisatawan. Belajar dari pengalaman Malaysia, persoalan utama yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan adalah ketidak tersediaan informasi yang menyeluruh tentang potensi pariwisata secara terintegrasi. Hal ini menyebabkan pariwisata Indonesia cenderung tertinggal di banding negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Oleh karena itu, didalam kepariwisataan, pengembangan e-Tourism berbasis online booking perlu menjadi perhatian Indonesia.
Kepariwisataan Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar dan merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan, dengan syarat pengembangan potensi ini didukung oleh pola perencanaan dan pengembangan yang menyeluruh dengan melibatkan pemanfaatan teknologi internet. Namun perkembangan kepariwisataan ini harus didukung oleh pola pengelolaan internet dalam rangka menyediakan informasi yang menyeluruh bagi wisatawan, yang nantinya dapat dipakai sebagai alat pengambilan keputusan untuk melakukan perjalanan wisata. Mengacu pada pemahaman tersebut, maka E-Tourism perlu diletakan sebagai alat didalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia terutama dalam penyediaan informasi dan pemesanan paket pariwisata oleh wisatawan. Belajar dari pengalaman Malaysia, persoalan utama yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan adalah ketidak tersediaan informasi yang menyeluruh tentang potensi pariwisata secara terintegrasi. Hal ini menyebabkan pariwisata Indonesia cenderung tertinggal di banding negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Oleh karena itu, didalam kepariwisataan, pengembangan e-Tourism berbasis online booking perlu menjadi perhatian Indonesia.
Melalui
E-Tourism paling tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan dalam bidang
kepariwisataan bagi pariwisata Indonesia, dan juga mendorong promosi serta
penyediaan informasi secara lengkap bagi wisatawan. Disisi lain, E-Tourism juga
dapat mengurangi travel agen luar, sehingga semua pendapatan dari pengeluaran
wisatan menjadi hak pariwisata Indonesia. Berdasarkan ketersediaan berbagai aspek
seperti akamodasi, objek wisata, fasilitas untuk mendukung aktivitas wisatawan,
, dan adanya informasi yang lengkap tentang jarak perjalanan dan didukung oleh
kecocokan harga dan waktu, maka akan sangat membantu wisatawan untuk mengambil
keputusan didalam melakukan perjalanan ke Indonesia. e-tourism dipandang
sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan daya guna dalam bidang pariwisata, memberikan berbagai jasa
layanan pariwisata kepada customers dalam bentuk telematika, dan menjadikan
penyelenggaraan pemasaran pariwisata lebih mudah diakses.
TUJUAN
E-Tourism
·
Memberikan pelayanan kepada customer dalam
bidang pariwisata secara online.
· Memberikan informasi kepada customer tentang
tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
·
Memperkenalkan budaya Indonesia secara
online.
·
Memberikan kemudahan kepada customer untuk
memperoleh jasa layanan pariwisata sesuai dengan kondisi keuangan customer
tersebut secara online.
·
Memberikan keamanan dan kenyamanan kepada
customer dalam menggunakan layanan kami.
·
Membuka lapangan kerja.
VISI
E-tourism
·
Menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisata utama
bagi wisatawan asing maupun lokal.
·
Menjadikan Indonesia sebagai pusat kebudayaan.
·
Mendukung program Indonesia dalam meningkatkan
devisa Negara dalam bidang pariwisata.
·
Menjadikan Indonesia sebagai pintu gerbang utama
bagi wisatawan asing.
Gambar alur E-tourism
Alur
kegiatan E-tourism
Gambar
system distribusi pariwisata
Sistem
Distribusi Pariwisata
beberapa
sistem akses dengan menggunakan jalur internet untuk tiket pesawat, penginapan,
rental mobil, dan berbagai jasa pelayanan lainnya. Gambar tersebut merupakan
jalan keluar dalam jalur distribusi ketergantungan tingkat rendah dari sistem
pelayanan konsumen tradisional dan sistem distribusi global. Dimana terdapat
penghasil pariwisata (penginapan, pesawat, restauran, tempat rekreasi dan
trasportasi lainnya), perantara tradisional seperti agen travel, operator tour,
DMOs, dan asosiasi tour, serta daerah potensi pariwisata. Web memiliki peranan
sebagai jembatan penghubung antara produsen pariwisata dan daerah potensi
pariwisata. Karena secara langsung produsen pariwisata dapat mengetahui kondisi
serta alternatif-alternatif yang bisa dijadikan bahan acuannya untuk memilih daerah wisata tujuan sebagai layanan
kepada produsen pariwisata. Layanan ini
dipermudah melalui Global Distribution System dan Consumer Distribution System.
Prantner,
Siorpaes, dan Bachlechner, (2005) memperlihatkan desain pengembangan pariwisata
berbasiskan E-Tourism yang menekankan pada sistem pemesanan online. Desain ini
pada dasarnya memberikan gambaran yang cukup tentang bagaimana sistem sistem
pengembangan pariwisata berbasiskan E-Tourism seharusnya berjalan, diharapkan
sistem ini bisa dijadikan tulang punggung pengembangan pariwisata pariwisata
pada masa yang akan datang.
Implementasi E-tourism
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia,
dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000
km. Negara Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya
itu merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan
dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara
optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan pemahaman diatas, maka pariwisata dipandang
sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan daerah. Apalagi
pengoptimalan potensi ini di dasari bahwa pariwisata merupakan sektor yang
lebih menekankan pada penyediaan jasa dengan mengoptimalkan potensi kawasan
wisata. Berdasarkan data statistic, tercatat bahwa sektor pariwisata memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Tahun 2002 target
perolehan devisa sebesar US $ 5,8 M untuk 5,8 juta wisman, dan tahun 2003 US $
6,3 M 6,9 juta wisman, sedangkan target 2004 US 7,5 M (Widibyo, 2000). Dengan
potensi wisata yang dimiliki masih memungkinkan peluang peningkatan penerimaan
negara dari sektor pariwisata.
Sebagai salah satu bagian yang menopang pendapatan
negara, pariwisata Indonesia diberikan perhatian lebih untuk dioptimalkan dan
dikembangkan. Setiap daerah berlomba lomba dan berupaya menggali potensi
pariwsiata yang dimiliki guna menambah pendapatan asli daerah mereka.
Pariwisata dipandang sebagai potensi yang besar untuk dikembangkan. Disisi
lain, potensi pariwisata ini juga dapat menimbulkan dampak multiplier, yang
mana dengan adanya peningkatkan kunjungan wisatawan maka akan membuka lapangan
pekerjaan di daerah tersebut.
Dilain pihak, terkhusus untuk pengembangan pariwisata di
ASEAN, Indoensia memiliki propspek pengembangan pariwisata yang sangat
potensial, hal ini dapat terlihat dengan fasilitas pengembangan pariwisata yang
cukup rendah dan minim, pariwisata Indonesia masih menempatkan diri sebagai
negara yang dapat mengandalkan potensi pariwisata yang dimiliki.
Posisi ini jelas memberikan pemahaman kepada kita bahwa
pariwisata Indonesia memiliki prospek yang sangat besar jikalau di kembangkan
dengan baik. Melalui pembenahan sarana prasarana dan perkuatan partisipasi
masyarakat, maka tidak mungkin sektor pariwisata di Indonesia menjadi salah
satu sektor yang dapat di andalkan sama seperti Malaysia, Thailand dan
Singapura.
Ada berbagai alternatif dalam mengembangkan potensi
pariwisata seperti : pembenahan dan renovasi kawasan wisata, menciptakan daerah
tujuan wisata, melakukan promosi melalui media maupun brosur-brosur, serta
masih banyak lagi alternatif yang dapat dilakukan guna menunjang pengembangan
wisata.
Salah satu alternatif yang dikembangkan dan dipandang
efektif adalah dengan melakukan promosi melalui Internet. Saat ini telah[15] berkembang promosi, pemasaran, dan
penjualan produk pariwisata (atau dapat disebut sebagai E-Commerce di industri pariwisata)
memanfaatkan teknologi informasi. Pariwisata berbasis teknologi informasi
dikenal dengan sebutan E-Tourism (IT-enabled tourism).
E-tourism dipandang sebagai salah satu cara yang sangat efektif didalam
memperkenalkan pariwisata suatu daerah atau negara. Hal ini disebabkan karena
teknologi informasi saat ini sudah dianggap merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia.
Dalam laporan ekonomi informasi (Untat, 2005), dinyatakan
bahwa “in 2001, the E-commerce and development report (ECDR) analised
e-commerce and tourism with a view to exploring how the tourism industry was
starting to benefit from information technologies and the internet, as the
effect on developing countries’ competitiveness in tourism market”. Paparan
diatas memperlihatkan bahwa pariwisata dan bisnis berusaha meningkatkan manfaat
teknologi informasi dan internet dengan melihat dampaknya terhadap negara
berkembang melalui persaingan pasar pariwisata. Lebih jauh ECDR mencacat satu
perubahan mendasar yang dibawa oleh e tourism telah mengangkat nilai pariwisata
melalui peningkatan penerimaan dalam dunia pariwisata.
Lebih dari pada itu dalam perencanaan sistem manajemen
tujuan organisasi, UNCTAD (2005), menyatakan bahwa di negara berkembang
internet telah digunakan sebagai tawaran dalam pasar pariwisata. Dalam hal ini,
pemanfaatan internet dalam pasar pariwisata dipakai sebagai landasan dalam
pengambilan kebijakan strategis pariwisata, dan merupakan dasar
perubahan/inovasi pariwisata yang lebih efektif. Hal ini terlihat dari
pengembangan infrastruktur, human capacity, dan integrasi konsep e-businiss
tingkat rendah oleh provider pariwisata lokal, pemerintah, dan DMOs, dengan
menambah aturan utama dalam menumbuhkan paritisipasi dan pemasukan perusahaan
pariwisata dalam pasar pariwisata global.
Hendriksson, menyatakan bahwa ada empat karateristik
utama jikalau kita ingin mengembangkan E – Tourism yaitu : 1) Produk
Pariwisata; 2) dampak berantai yang ditimbulkan oleh industri pariwisata; 3)
struktur industri pariwisata; dan yang ke 4 adalah ketersediaan infrastuktur
teknologi comunikasi dan informasi. Lebih jauh Eriksson menyatakan, dalam
mempersiapkan karateristik E Tourism, maka perlu dilakukan pembangunan untuk
mencapai penyempurnaan market place elecronic seperti : 1) warisan sistem yang
telah ada; 2) keberagaman informasi; 3) tidak ada standar global dalam
penukaran data; 4) seamless interoperability.
Aplikasi
internet dalam pariwisata pada dasarnya tercermin dalam suatu sistem distribusi
pariwisata yang lebih mengarah pada tranformasi pengembangan industri pariwisata dari
perantara tradisional ke arah perantara internet. Beberapa sistem akses pariwisata
menggunakan jalur internet untuk tiket pesawat, penginapan, rental mobil, dan
berbagai jasa pelayanan lainnya. Web memiliki peranan penting sebagai jembatan
penghubung antara produsen pariwisata dan daerah potensi pariwisata, dalam
memberikan pelayanan kepada produser pariwisata.
E-tourism yang dikembangkan di Indonesia pada saat ini
belum menyentuh pada aspek yang paling utama yaitu memberikan informasi dan
kepastian bagi wisatawan ketika mereka memilih untuk berkunjung ke daerah
tujuan wisata. Jikalau di bandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti
Thailand dan Singapura, dapat di katakan Indonesia sangat tertinggal untuk
pengembangan e-tourism.
Dampak ekonomi E-tourism
Pengembangan
sektor pariwisata secara lebih luas juga akan berdampak terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat, sektor ekonomi riil yang ada di masyarakat seperti
kerajinan, aneka makanan, penginapan, hotel dan sebagainya dapat berkembang,
dengan bangkitnya sektor ekonomi riil akan mampu meningkatkan derajat hidup
masyarakat baik sandang, pangan, papan, pendidikan maupun kesehatan.
Besarnya
dukungan pemerintah terhadap pengembangan industri pariwisata dapat mempercepat
akselerasi kemajuan dunia pariwisata di Indonesia. Melalui kerjasama antara
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan Departemen Komunikasi dan Informasi,
promosi potensi wisata Indonesia dapat disebarkan kepada masyarakat luas baik
secara nasional maupun internasional, oleh karena itu kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai sarana
promosi pariwisata Indonesia ke seluruh dunia.
Pada saat ini media yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata jauh lebih banyak dari periode sebelumnya. Kemajuan teknologi informasi merupakan salah satu faktor pendorongnya. Teknologi ini sudah banyak diadopsi oleh kalangan pemerintahan, pendidikan, bisnis dan lainnya sebagai sarana promosi, desiminasi informasi dan transaksi, oleh karena itu kemudian muncul istilah e-government, e-learning, e-business, e-commerce dan sebagainya.
Bahwa dunia pariwisata yang menjadi salah satu bidang garapan pemerintah sudah saatnya memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai implementasi dalam e-government untuk mempublikasikan dan memasarkan potensi wisata daerah. Dengan memanfaatkan Teknologi Informasi berarti adanya suatu Sistem Informasi Manajemen yang berbasis pada pengolahan data elektronik. Namun demikian sebenarnya masih banyak hambatan atau kendala yang dihadapi dalam penerapan Teknologi Informasi ini diantaranya yaitu masih terbatasnya Sumber Daya Manusia yang handal dibidang ini yang mampu mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi dibidang pariwisata, fungsi Teknologi Informasi untuk proses pengolahan data dan transaksi yang komplek serta penyediaan informasi bagi publik masih sangat terbatas, terkadang masih dijumpai keengganan sebagian birokrat untuk membuka akses kepada publik padahal memang data dan informasi tersebut ditujukan untuk konsumsi publik.
Seiring meningkatnya petumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan untuk berliburpun semakin meningkat sehingga diperlukan suatu informasi tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi, produk wisata dan sebagainya, namun demikian seringkali wisatawan atau calon wisatawan baik lokal maupun mancanegara mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi tersebut karena tidak mengetahui dimana dan dari siapa informasi bisa didapatkan. Oleh karena itu informasi dibidang pariwisata perlu disiapkan dengan baik dan terstruktur agar publik dapat mengakses dengan mudah.
Pada saat ini media yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata jauh lebih banyak dari periode sebelumnya. Kemajuan teknologi informasi merupakan salah satu faktor pendorongnya. Teknologi ini sudah banyak diadopsi oleh kalangan pemerintahan, pendidikan, bisnis dan lainnya sebagai sarana promosi, desiminasi informasi dan transaksi, oleh karena itu kemudian muncul istilah e-government, e-learning, e-business, e-commerce dan sebagainya.
Bahwa dunia pariwisata yang menjadi salah satu bidang garapan pemerintah sudah saatnya memanfaatkan Teknologi Informasi sebagai implementasi dalam e-government untuk mempublikasikan dan memasarkan potensi wisata daerah. Dengan memanfaatkan Teknologi Informasi berarti adanya suatu Sistem Informasi Manajemen yang berbasis pada pengolahan data elektronik. Namun demikian sebenarnya masih banyak hambatan atau kendala yang dihadapi dalam penerapan Teknologi Informasi ini diantaranya yaitu masih terbatasnya Sumber Daya Manusia yang handal dibidang ini yang mampu mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi dibidang pariwisata, fungsi Teknologi Informasi untuk proses pengolahan data dan transaksi yang komplek serta penyediaan informasi bagi publik masih sangat terbatas, terkadang masih dijumpai keengganan sebagian birokrat untuk membuka akses kepada publik padahal memang data dan informasi tersebut ditujukan untuk konsumsi publik.
Seiring meningkatnya petumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan untuk berliburpun semakin meningkat sehingga diperlukan suatu informasi tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi, produk wisata dan sebagainya, namun demikian seringkali wisatawan atau calon wisatawan baik lokal maupun mancanegara mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi tersebut karena tidak mengetahui dimana dan dari siapa informasi bisa didapatkan. Oleh karena itu informasi dibidang pariwisata perlu disiapkan dengan baik dan terstruktur agar publik dapat mengakses dengan mudah.
Pada
saat ini pemanfaatan Teknologi Informasi atau TI untuk pengembangan pariwisata
di Indonesia masih lemah, Sampai saat ini belum ada website khusus yang
menyediakan informasi yang lengkap mengenai sistem pariwisata di Indonesia,
misalnya meliputi informasi lokasi, harga, hotel dan restoran terdekat. Selain
itu, Indonesia juga belum memiliki sebuah perangkat lunak yang dapat membantu
merencanakan perjalanan pariwisata berdasarkan kondisi tertentu, misalnya
budget yang dimiliki oleh wisatawan dan kriteria objek wisata yang dikehendaki
wisatawan. Dengan adanya beberapa fenomena seperti ini, tentu saja akan
menimbulkan dampak bagi pertumbuhan pariwisata di Indonesia yang seharusnya
sangat berpotensi untuk berkembang pesat. Disamping itu, terutama bagi
wisatawan awam yang sangat membutuhkan informasi dan pelayanan seperti itu,
juga akan merasa kesulitan, padahal Indonesia adalah negara yang memiliki
beraneka ragam budaya dan objek pariwisata lainnya, namun tidak sedikit
wisatawan yang belum mengetahui keberadaannya, maka tidak mengherankan apabila
kita masih tertinggal bahkan dengan beberapa negara tetangga yang sudah
mengalami kemajuan dibidang pariwisata. Sebagai perbandingan, Singapura dalam
memasarkan obyek pariwisatanya sudah memanfaatkan teknologi informasi secara
baik, pemerintah Singapura melalui Infocomm Development Authority (IDA) telah
menjalin kerjasama dengan Singapore Tourism Board (STB) yang diberi nama
Digital Concierge. Melalui Concierge, para wisatawan akan dilayani dengan
layanan personal yang handy dan berbasiskan lokasi, mereka jugaakan memperoleh
berbagai informasi seperti obyek wisata yang menarik di sekitar lokasi tempat
wisatawan tersebut berada, informasi tersebut dapat diakses melalui berbagai
piranti bergerak seperti ponsel.
Meskipun
Indonesia sudah memiliki portal website yang cukup memadai, akan tetapi dari
segi kontent atau isinya masih sederhana, permasalahan e-tourism di Indonesia
adalah belum optimalnya pemasaran paket wisata karena informasi yang diberikan
melalui website pariwisata belum memadai dan tidak bersifat interaktif dengan
wisatawan yang membutuhkan informasi lengkap, juga belum terintegrasinya
website-website pariwisata dengan dengan sistem informasi komponen lain dalam
industri pariwisata seperti industri penerbangan, pelayaran, asuransi, agen
travel, hotel, dan pengelola obyek wisata sendiri. Hal ini terlihat dari daerah
Tujuan Wisata (DTW) yang diinformasikan hanya Jakarta dan Bali, dan belum
menyentuh kekayaan pariwisata Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki
anekaragam budaya. Pengembangan kepariwisataan Indonesia masih belum terpadu
dan memiliki akses terbatas pada lingkup Nasional. Disamping itu, pengembangan
kepariwisataan Indonesia tidak memiliki hubungan dengan kepariwisataan dengan
Negara Tetangga (Malaysia, Thailand, dan Singapura). Hal ini menunjukkan bahwa
pariwisata Indonesia belum Optimal dalam mengembangkan e-Tourism.
Dengan memperhatikan kondisi kepariwisatan Indonesia, serta sinkronisasi sistem kepariwisataan terpadu, maka hendaknya kepariwisataan Indonesia melakukan transformasi pengembangan kepariwisataan dengan berbasiskan E-Tourism. Oleh karena itu, pengembangan E-Tourism sebaiknya lebih mendasarkan pada kondisi kepariwisataan Indonesia.
Dengan memperhatikan kondisi kepariwisatan Indonesia, serta sinkronisasi sistem kepariwisataan terpadu, maka hendaknya kepariwisataan Indonesia melakukan transformasi pengembangan kepariwisataan dengan berbasiskan E-Tourism. Oleh karena itu, pengembangan E-Tourism sebaiknya lebih mendasarkan pada kondisi kepariwisataan Indonesia.
Perusahaan yang mengadopsi
E-Tourism
Cempaka
Travel Makassar adalah salah satu layanan pariwisata yang berada di Makassar.
layanan yang tersedia pada Cempaka Travel adalah layanan pemesanan tiket
on-line 24 jam, paket tour in-out bound, penyewaan mobil, layanan antar-jemput,
voucher nginap, asuransi travel dan layanan guide tour. Apabila para customer
menginginkan informasi yang lebih lengkap, dapat membuka email di : cempaka_travelmks@yahoo.com. Atau
dapat mengunjungi website berikut : www.eljohn.net.
Ramantha
Tours and Travel adalah salah satu layanan pariwisata yang berada di Jakarta.
Mereka menyediakan pelayanan terbaik yaitu pelayanan pemesanan tiket on-line 24
jam (darat, laut, maupun udara) . Selain itu layanan yang tersedia adalah
layanan paket tour, tempat penginapan, guide tour, layanan antar-jemput
dan asuransi travel. Untuk info yang lebih lengkap dapat mengunjungi website
berikut: www.ramantha.com.
Dengan
memperhatikan layanan - layanan yang ada diantara kedua penyedia layanan
e-tourism maka dapat disimpulkan bahwa :
Layanan
yang diterapkan Ramantha Tour and Travel umumnya sama dengan Cempaka Travel
Makassar. Mereka menyediakan layanan pariwisata yang cukup komplite.
a. Ramantha
torus and travel dan Cempaka travel memiliki prospek pemasaran dan target yang
cukup luas, dimana target operasinya adalah keseluruh wilayah Indonesia dan
luar negeri.
b. Ramantha
tours & travel dan cempaka travel memiliki website yang dinamis dan
user interface menarik.
c. Ramantha
tours dan travel memiliki paket-paket yang memungkinkan untuk pelanggan untuk
memilih layanan sesuai dengan kemampuan dan anggaran.
d. Cempaka
travel Makassar memiliki akses pelanggan secara langsung sehingga pelanggan dapat
berkonsultasi dengan penyedia layanan dibandingkan dengan ramantha tours dan
travel yang tidak memiliki layanan konsultasi.
e. Ramantha
tours dan travel memiliki layanan asuransi, sehingga pelanggan merasa aman dan
nyaman untuk bepergian.
f. Ramantha
tours dan travel menyediakan jasa penjemputan dari bandara hingga sampai ke
tempat tujuan.